
KASUS mutilasi yang dilakukan seorang pria gay bernama Verry Idham Henyaksyah alias Ryan, belum lama ini, tidak saja menggemparkan negeri ini, namun juga semakin memperburuk kesan terhadap dunia homoseksual itu sendiri. Apa itu homoseksual? Topik ini tentu menjadi menarik kita bahas kali ini.
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Kata homoseks, kini, dikaitkan dengan hubungan intim dan/atau hubungan seksualdi antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai gay atau lesbian.
Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, umumnya, untuk membedakan dengan
heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay digunakan sebagian besar untuk mengacu pada orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai homoseks, tanpa memandang jenis kelamin. Berbeda dengan
Definisi ini tidak mutlak. Mengingat hal ini diperumit dengan adanya beberapa komponen biologis dan psikologis dari seks dan gender. Dengan demikian, seseorang mungkin tidak seratus persen pas dengan kategori di mana ia digolongkan. Beberapa orang, bahkan, menganggap ofensif perihal pembedaan gender (dan pembedaan orientasi seksual).
Pun, homoseksualitas dapat mengarah kepada beberapa hal. Pertama, orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain berkelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama. Kedua, perilaku seksual seseorang dengan gender yang sama, tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender. Ketiga, identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.
Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis, telah menjadi suatu corak dari sejarah kebanyakan budaya, yang dikenal sejak awal sejarah. Bagaimanapun, tindakan dan hubungan seperti itu, dilihat sebagai orientasi seksual yang bersifat relatif stabil.
Pertama kali, penggunaan kata homoseksual tercatat pada tahun 1869, oleh Karl-Maria Kertbeny. Kemudian, dipopulerkan oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebing dalam bukunya “Psychopathia Sexualis”. Di era Krafft-Ebing-lah, homoseksualitas menjadi perdebatan. Mula-mula homoseksual ini dipandang sebagai penyakit untuk diobati. Kini, kerap diselidiki sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar untuk memahami ilmu hayat, ilmu jiwa, politik, genetika, sejarah dan variasi budaya dari identitas dan praktek seksual. status legal dan sosial dari orang yang melaksanakan tindakan homoseks atau mengidentifikasi diri mereka gay atau lesbian beragam di seluruh dunia.
Populasi
Perkiraan jumlah atau prevalensi homoseksualitas, di masa modern ini, bervariasi secara signifikan. Data, yang dikumpulkan, diperumit oleh berbagai definisi homoseksualitas, serta adanya fluktuasi dalam jangka waktu dan tempat. Secara umum, diperkirakan jumlah kaum lesbian dan homo adalah 1% hingga 10% dari jumlah populasi. Walaupun, nyatanya, banyak kaum homoseksualitas yang menyembunyikan identitasnya, sehingga mempersulit akurasi laporan, banyak laporan, yang beredar belakang ini, menyatakan bahwa dari 2 hingga 3,3 persen populasi pria adalah homoseksual secara ekslusif.
Di Amerika sendiri, pada tahun pemilu 2004, survei menunjukkan 4% dari seluruh pemilih pria mengakui dirinya sebagai kaum homo. Namun, karena tekanan sosial, banyak dari mereka, tentunya, tidak mau menyatakan identitasnya. Tahun 2003, Biro Statistik Kanada memperlihatkan bahwa di antara warga Kanada, berumur 18 hingga 59, sekitar 1% melaporkan mereka sebagai homoseksual, dan 0,7% melaporkan sebagai biseksual.
Pada tahun 1920-an, komunitas homoseks mulai muncul di
Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN), pada 1 Agustus 1987, berganti nama menjadi GAYa NUSANTARA (GN)), yang didirikan di Pasuruan-Surabaya sebagai penerus Lambda
No comments:
Post a Comment